E.1. Efek Umum
|
||||||||
E.1.1.
Mode of action
|
Monocrotophos mempengaruhi sistem
saraf dengan menghambat acetylcholinesterase,
enzim penting untuk transmisi impuls saraf normal.
|
|||||||
Monocrotophos dapat diserap melalui
pencernaan (ingestion), pernafasan
(inhalation), dan kontak kulit.
|
||||||||
E.1.3.
Metabolisme
|
Pada mamalia, produk konversi utama
monocrotophos adalah dimethylphosphate,
monocrotophos O-desmethyl dan
monocrotophos N-desmethyl.
Monocrotophos N-desmethyl lebih
beracun.
|
|||||||
Monocrotophos dimetabolisme dan diekskresikan
dengan cepat dan tidak tampak terakumulasi di dalam tubuh.
|
||||||||
Pada mamalia, 60% diekskresikan dalam
waktu 24 jam, terutama melalui urin.
|
||||||||
E.2. Efek terhadap
Kesehatan Manusia
|
||||||||
Lihat bagian E.3.1.
|
||||||||
Gejala Keracunan
|
Pestisida kelompok organofosfat
adalah inhibitor-cholinesterase. Kelompok
pestisida ini sangat beracun dalam semua jalur eksposur.
|
|||||||
Jika terhirup, efek pertama adalah
pada pernafasan termasuk hidung berdarah atau berair, batuk, sesak dada,
sulit bernafas dan mendesah (terengah-engah) akibat penyempitan atau kelebihan
cairan dalam tabung bronkial.
|
||||||||
Kontak melalui kulit dapat
menimbulkan keringat lokal dan kontraksi otot secara paksa. Kontak mata akan
menimbulkan rasa sakit, pendarahan, keluar air mata, penyempitan pupil dan
penglihatan kabur.
|
||||||||
Efek sistemik lainnya dimulai dalam
beberapa menit atau 12 jam setelah eksposur. Efek ini meliputi pucat, mual,
muntah, diare, kram perut, sakit kepala, pusing, sakit mata, penglihatan
kabur, penyempitan atau pelebaran pupil, mengeluarkan air mata, mulut berbusa,
dan kebingungan.
|
||||||||
Keracunan parah akan mempengaruhi
sistem saraf pusat, bicara tidak teratur atau tidak terkoordinasi, hilangnya
refleks, kelemahan, kelelahan, kontraksi otot secara paksa, berkedut, lidah atau
kelopak mata bergetar, dan akhirnya menimbulkan kelumpuhan ekstremitas tubuh
dan otot-otot pernafasan.
Dalam kasus yang berat memungkinkan
buang air besar buang air atau kecil secara paksa, psikosis, detak jantung
yang tidak teratur, pingsan, kejang.
|
||||||||
Menelan 120 mg monocrotophos dapat
berakibat fatal.
|
||||||||
Paparan harian secara berulang dengan
level tinggi dapat menyebabkan keracunan secara bertahap.
|
||||||||
Penelitian terhadap pekerja yang
terpapar monocrotophos di negara-negara beriklim panas yang mana para
pekerjanya tidak mengenakan pakaian pelindung saat bekerja, ditemukan bahwa
penyerapan 20 mg monocrotophos menyebabkan penghambatan Ache (acetylcholinesterase) plasma.
|
||||||||
Beberapa organofosfat dapat
menyebabkan penundaan gejala tertunda mulai 1 sampai 4 minggu setelah
eksposur akut. Dalam kasus tersebut, dapat muncul gejala mati rasa, kesemutan,
kelemahan dan kram pada tungkai bawah dan berkembang menuju hilangnya
koordinasi dan kelumpuhan. Perkembangan dapat terjadi selama bulanan atau
tahunan, tetapi beberapa gangguan residual akan tetap ada.
|
||||||||
E.3.
Studi Toksisitas
|
||||||||
·
Oral
|
LD50 (a.i; mg/kg bb): 14 -
20 pada spesies uji yang berbeda.
|
|||||||
LD50 adalah 17-18 mg/kg bb
untuk tikus jantan dan 20 mg/kg bb untuk tikus betina.
|
||||||||
·
Dermal
|
LD50 (a.i.; mg/kg bw): 112
- 250 pada spesies uji berbeda.
|
|||||||
LD50 untuk tikus jantan
126 mg/kg, 112 mg/kg untuk tikus betina, dan 354 mg/kg untuk kelinci.
|
||||||||
·
Inhalasi
|
LC50 (a.i.; mg/m3
eksposur-udara dalam 4 jam) 80 atau 0,8 mg/l udara.
|
|||||||
·
Iritasi
|
Monocrotophos teknis tidak
menimbulkan iritasi pada kulit atau mata. Iritasi yang terjadi mungkin karena
bahan pelarut organik yang terdapat dalam formulasi.
|
|||||||
Monocrotophos terbukti dapat
menyebabkan neuropati tertunda. Sebuah studi yang dilakukan di Mesir pada
petani pengguna organofosfat (termasuk monocrotophos) menemukan bahwa 50%
dari pekerja menunjukkan tanda-tanda efek neurologis, seperti hilangnya
sensori dan turunnya atau hilangnya refleks pada pergelangan kaki atau lutut.
|
||||||||
E.3.3.
Eksposur Jangka Pendek
|
Dosis 10 dan 100 mg/kg bb (dermal
selama 4 minggu) menyebabkan tanda-tanda keracunan dan hambatan yang
signifikan pada kegiatan kolinesterase.
|
|||||||
Dosis NOAEL (no observed adverse effect level, level yang tidak menimbulkan
efek samping) adalah 1 mg/kg bb.
|
||||||||
Pada tikus, perilaku toleransi
terhadap monocrotophos diamati dalam waktu 16 hari dengan dosis oral berulang
sampai 6 mg/kg bb per hari.
|
||||||||
E.3.4.
Acute Reference Dose (ARfD)
|
Tidak ada penghambatan aktivitas kolinesterase
eritrosit atau tanda-tanda toksisitas lainnya terlihat pada sukarelawan yang
dikenai dosis tunggal monocrotophos melalui oral sampai dengan dosis 0,0059
mg/kg bb selama 28-hari.
|
|||||||
Berdasarkan NOAEL (0,0059 mg/kg bb
per hari) dan dengan faktor keamanan 10 kali lipat, dosis referensi akut
(ARfD) untuk monocrotophos di Australia ditetapkan pada 0,0006 mg/kg bb.
|
||||||||
E.3.5.
Acceptable Daily Intake (ADI)
|
Aktivitas kolinesterase plasma secara
signifikan menurun pada dosis yang lebih tinggi tetapi tidak pada dosis
rendah (0,0036 mg/kg bb/hari).
|
|||||||
Berdasarkan NOAEL (0,0036 mg/kg bb
per hari) dan dengan faktor keamanan 10 kali lipat, asupan harian yang dapat
diterima (ADI) untuk monocrotophos di Australia ditetapkan 0,0003 mg/kg bb
per hari.
|
||||||||
E.3.6.
Eksposur Jangka Panjang
|
Dalam studi tahun dua pada tikus
dengan konsentrasi diet 0,01 -10 ppm NOAEL setara dengan 0,005 mg/kg bb per
hari.
|
|||||||
E.3.7.
Efek pada reproduksi dan Teratogenik
|
Tikus yang diberikan monocrotophos 2 mg/kg
per hari menghasilkan janin berukuran lebih pendek dari rata-rata panjang dan
berat normalnya. Dosis ini jauh lebih tinggi dari dosis yang diharapkan umtuk
aplikasi normalnya.
|
|||||||
Studi teratogenisitas pada kelinci
menunjukkan bahwa monocrotophos tidak menimbulkan efek teratogenik pada dosis
sampai 6 mg/kg bb/hari.
|
||||||||
E.3.8.
Karsinogenik
|
Dosis monocrotophos 0,45 mg/kg per
hari (dosis tertinggi yang diuji), tidak menimbulkan efek karsinogenik pada
tikus.
|
|||||||
Belum ditemukan adanya luka karsinogenik
signifikan yang teramati pada tikus yang terkena monocrotophos aerosol dengan
konsentrasi 97-308 mg/m3 selama satu jam.
|
||||||||
E.3.9.
Mutagenik
|
Studi in vitro menunjukkan adanya efek mutagenik lemah. Pada studi in vivo kebanyakan hasilnya negatif.
|
|||||||
Sumber: FAO (2011);
American Bird Conservancy (2010); Kegley et al (2010); Rotterdam Convention
(2005); Heath Council of the Netherlands (2003); PAN-UK (1997); EXTOXNET
(1995).
|
WELCOME TO PEST-INSECT-PLANT DISEASE INFO
Serangga memiliki arti penting dalam ekosistem kita. Serangga dapat menjaga aerasi tanah, menyerbukan bunga, mengendalikan serangga-hama dan juga sebagai hama tanaman; serangga juga mampu menguraikan bahan organik, sehingga mengembalikan unsur hara ke dalam tanah. Sepuluh tahun yang lalu terdapat sekitar 750.000 spesies serangga. Saat ini, jumlahnya telah melebihi 1.000.000. Dan menurut sebuah artikel baru-baru ini, Scientific American, ahli entomologi memperkirakan bahwa ada kemungkinan lebih dari delapan juta spesies serangga di Bumi. Jika anda bandingkan dengan sekitar 4.809 spesies mamalia atau 1.500.000 species jamur, maka serangga memiliki populasi yang melebihi kelompok taksonomi hidup lainnya di Bumi.
- Home
- Agricultural pests
- Weed photo gallery
- Natural enemies gallery
- Pesticide information
- Biological Control Site
- Informasi OPT
- IPM Images
- OPT FLORI
- OPT SAYUR
- OPT OBAT
- OPT BUAH
- Rice Knowlege Bank
- Materi Penyuluhan
- Biological Control
- PEST AND DISEASE MANAGEMENT
- Biocontrol: Natural Enemies
- Managing Insect Pest
- Insects - Mites - Disease
- InfoNet: Natural Enemies
- Integrated Pest Management
- MITALOM.COM
Monday, September 10, 2012
MONOCROTOPHOS - BAGIAN 2
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.