Yos F. da Lopes. Copyright © 2011. Last updated 23 Maret 2011.
Jurusan MPLK – Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan Adisucipto Penfui P.O. Box 1152 Kupang 85001 Email: brench_copa76@yahoo.com
Jurusan MPLK – Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalan Adisucipto Penfui P.O. Box 1152 Kupang 85001 Email: brench_copa76@yahoo.com
Phylum : Arthropoda
Class: Insecta
Order: Orthoptera
Suborder: Caelifera
Family: Acrididae
Subfamily: Oedipodinae
Tribe: Locustini
Genus: Locusta
Species: migratoria
Nama Ilmiah: Locusta migratoria (Linnaeus, 1758).
Sinonim: Locusta dancia L.; Pachytylus migratorius; P. danicus; Acridium migratorium.
Belalang kembara terdiri atas beberapa spesies utama, yaitu Locusta migratoria migratoria (Asia Barat dan Tengah, Eropa Timur), Locusta migratoria migratorioides (daratan Afrika dan pulau-pulau Atlantik), Locusta migratoria Capito (Madagaskar), Locusta migratoria manilensis (Asia Timur termasuk Indonesia), dan spesies lainnya seperti Schistocerca gregarius dan Nomadacris septemfasciata.
MORFOLOGI & BIOLOGI
Belalang dewasa panjang tubuhnya 35-50 mm pada jantan, 45-55 mm pada betina; dewasa gregarius bervariasi dalam ukuran antara 40 dan 60 mm menurut jenis kelaminnya dan lebih kecil daripada dewasa yang hidup soliter. Frons vertical; elytra panjang, mengkilat, 43.5-56.0 mm pada jantan, 49.0-61.0 mm pada betina. Sayap berwarna, tanpa bands. Femora belakang hitam-kebiruan mulai dari bagian basal. Panjang femur belakang 22-26 mm pada jantan, 20-32 mm pada betina. Tibia belakang kekuningan atau merah. Thorax ditutupi dengan sejumlah rambut pendek. Pronotum tanpa cruciform, berbentuk pelana pada individu fase gregariuos, dengan strangulasi (strangulation) yang jelas dan “median keel” yang lurus atau sedikit cekung (tampak lateral). Pada individu fase soliter, pronotum tidak memiliki strangulasi, dengan “median keel” yang cembung (tampak lateral). Larva memiliki 5 instar.
Gambar 1. Nimfa Soliter Locusta Migratori
|
Warna dan ukuran belalang kembara bervariasi sesuai fase (bentuk gregarius atau soliter) dan umur. Nimfa gregarius berwarna kuning hingga oranye dengan bintik-bintik hitam. Nimfa soliter berwarna hijau (Gambar 1) atau coklat. Dewasa gregarius berwarna kuning kecoklatan. Dewasa soliter berwarna coklat dengan berbagai tingkatan warna hijau tergantung pada warna vegetasi.
DISTRIBUSI
Belalang kembara (Locusta migratoria) memiliki sebaran yang luas, mulai dari Afrika, Asia, Australia, dan Selandia Baru. Belalang ini juga tersebar pada hampir semua daerah beriklim sedang dan tropis di belahan timur bumi, batas utara di Eurasia hingga batas selatan zona taiga, bagian tengah dan selatan Eropa, Kaukasus, selatan Siberia dan Primorskii Territory, Kazakhstan, Asia Tengah, pulau Kurile.
Belalang kembara sangat mobile, dan terbang mengikuti angin dengan kecepatan sekitar 15-20 km/jam, mencapai 5-130 km atau lebih dalam sehari; kelompok belalang berkisar kurang dari satu kilometer persegi sampai beberapa ratus kilometer persegi dengan 4-80 juta individu per kilometer persegi.
EKOLOGI
Setelah telur belalang menetas, perkembangan berlangsung 35-40 hari (yaitu, 7-8 hari untuk setiap instar). Nimfa fase gregarius umumnya ada bersama kelompok pada hari-hari pertama setelah menetas. Kepadatan maksimum mencapai 80.000 indidvidu/m2 untuk nimfa instar pertama dan 7.000 individu/m2 untuk nimfa instar ke-5. Nimfa instar ke-5 dapat bermigrasi mencapai 3 km/hari. Pengembaraan (migrasi) belalang dimulai sekitar 10 hari setelah bersayap. Kopulasi mulai terjadi dalam 2-4 minggu setelah bersayap; dalam 2-3 minggu, betina mulai bertelur. Setiap betina dapat menghasilkan 2-3 kelompok telur (untuk daerah selatan dan pada cuaca hangat) berisi rata-rata 60-80 telur. Setiap individu belalang dapat mengkonsumsi 300-500 gram pakan hijau selama hidupnya; seekor belalang dewasa dapat mengkonsumsi sekitar 2 gram pakan segar per hari atau setara dengan satu ton pakan per satu juta belalang. Dinamika populasi bergantung erat pada perubahan neraca air di daerah reproduksi; banjir dan kekeringan yang menyebabkan kurangnya pasokan makanan dan tempat untuk reproduksi. Perkembangan populasi belalang juga terjadi akibat dari perubahan iklim dengan curah hujan rata-rata 177,9 mm/tahun dengan hari hujan 11,3 kali/bulan; suhu rata-rata berkisar 23,6°C – 26,8°C dengan rata-rata suhu siang hari 31,1°C.
Belalang kembara memiliki alat indra mata, telinga dan kumis yang digunakan sebagai antena. Alat indra tersebut berfungsi untuk mengatur sistem perpindahan, informasi serta komunikasi antara jantan dan betina dalam perkembangbiakannya. Komunikasi sesama belalang kembara ini berada pada rentang frekuensi puluhan kilo hertz dan merupakan jenis gelombang ultrasonic.
Belalang kembara fase gregarius aktif terbang pada siang hari dalam kelompok-kelompok besar. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk bertelur pada lahan-lahan kosong, berpasir, makan tanaman yang dihinggapi dan kawin. Pada pagi harinya, kelompok belalang terbang untuk berputar-putar atau pindah lokasi. Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari tersebut biasanya dimakan sampai habis. Sedangkan kelompok besar nimfa (belalang muda) biasanya berpindah tempat dengan berjalan secara berkelompok.
POLIFENISME
Belalang kembara bersifat polyphonic, yaitu memiliki fase transisi (intermediate) antara dua fenotipe utama dalam responnya terhadap kepadatan populasi, fase soliter dan fase gregarius. Karena meningkatnya kepadatan populasi, belalang berubah secara progresif dari fase soliter ke fase gregarius melalui fase intermediate (Gambar 8). Fase soliter terjadi ketika belalang berada pada populasi rendah. Fase transisi (transient) dimulai saat populasi belalang sudah cukup tinggi dan mulai membentuk kelompok-kelompok kecil. Fase gregarius, terjadi saat kelompok-kelompok belalang telah bergabung dan membentuk gerombolan yang sangat besar yang sangat merusak tanaman.
Perubahan dari fase soliter ke gregarius dan sebaliknya dari gregarius ke soliter dipengaruhi oleh kondisi iklim, biasanya dimulai pada awal musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (di bawah normal). Pada keadaan tersebut, biasanya, terjadi peningkatan konsentrasi populasi belalang soliter yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai untuk berkembang. Lokasi tersebut biasanya mempunyai lahan yang terbuka atau banyak rerumputan, tanahnya gembur berpasir, dekat sumber air (sungai, danau, rawa) sehingga kondisi tanahnya cukup lembab. Setelah berlangsung 3-4 generasi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan, bealalang akan berkembang menjadi fase gregarius, melalui fase transient (transient congregans).
Perubahan fase gregarius kembali ke fase soliter, biasanya terjadi apabila keadaan lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupannya, terutama karena pengaruh curah hujan, tekanan musuh alami dan atau tindakan manusia melalui usaha pengendalian. Perubahan ini melalui fase transient (transient dissocians). Belalang kembara fase gregarius aktif terbang pada siang hari dalam kelompok-kelompok besar. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk bertelur pada lahan-lahan kosong, berpasir, makan tanaman yang dihinggapi dan kawin. Pada pagi harinya, kelompok belalang terbang untuk berputar-putar atau pindah lokasi. Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari tersebut biasanya dimakan sampai habis. Sedangkan kelompok besar nimfa (belalang muda) biasanya berpindah tempat dengan berjalan secara berkelompok.
SIGNIFIKANSI EKONOMI
Nimfa dan dewasa fase gregarius sangat berbahaya bagi tanaman gandum, jagung, beras, panicum, sorgum, alfalfa, kacang polong, kacang panjang, kedelai, cengkeh, kentang, tembakau, kubis, ketimun, semangka, melon, dan jenis labu lainnya, kapas, rami, sayuran, tanaman buah yang masih muda, tanaman hutan, dan tanaman rempah, padang rumput ternak. Individu fase soliter menimbulkan kerusakan kecil pada tanaman sayuran berbagai padi, kapas, dan tanaman perkebunan tertentu. Populasi belalang kembara yang sangat tinggi dapat menimbulkan kerusakan tanaman holtikultura (padi, jagung dan sayur-sayuran) sampai dengan tanaman kelapa sawit. Pada tahun 1999 serangan hama belalang kembara mencapai 9 kecamatan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dengan luas daerah serangannya mencapai 4420 ha daerah pertanian dan perkebunan.
PENGENDALIAN
Belalang kembara dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan musuh alami menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana; kultur teknis/pola tanam dengan cara pengaturan pola tanam dan sanitasi lingkungan; fisik/mekanis dengan cara pemusnahan kelompok telur dengan pengolahan tanah langsung dan penangkapan dengan menggunakan jaring kemudian dimusnahkan; dan Pengendalian dengan insektisida berbahan aktif BPMC, betasiflutrin, deltametrin, klorprifos, sipermetrin, tiodikarb, MIPC, fipronil, dan karbaril.
REFERENSI
- Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2007. Pedoman Pengendalian OPT Serealia. Departemen Pertanian. Jakarta.
- Grichanov, Igor Yakovlevich. 2009. Pests. Locusta migratoria L. - Migratory Locust, Asiatic Locust. ©2003-2009 Project: Interactive Agricultural Ecological Atlas of Russia and Neighboring Countries. Economic Plants and their Diseases, Pests and Weeds. http://www.agroatlas.ru/en/content/pests/Locusta_migratoria/. Diakses pada Tanggal 30 Januari 2011.
- Sitompul, Stepanus S., 2005. Pengendalian Hama Belalang Kembara (Locusta migratoria) dengan Menggunakan Gelombang Ultrasonik di Kalimantan Barat. Suatu Penelitian Eksperimental Dengan Pendekatan Biofisika. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
- Walker, Annette, The Reed Handbook of Common New Zealand Insects, Reed Books, 2000 ISBN 0-7900-0718-5.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.